Ini
perjumpaanku dengan seorang, ah bukan, dua orang malaikat.
Malaikat ini
berbeda dengan apa yang selama ini orang gambarkan tentang mereka. Malaikat
yang ku temui tadi tidak bersayap, tidak berjubah putih, apalagi bercahaya dan suaranya juga tidak
merdu. Sebenarnya bukan kali pertama aku
berjumpa dengannya, malaikat dengan pakaian ala preman, suara yang keras tapi
tegas, meski tak bersayap tapi dia mampu menerbangkanku dan meski tubuhnya
cenderung gelap, tapi setelah ku amati ternyata dia memancarkan cahaya dari
perbuatannya.
Yaa.., mereka
adalah tukang penyebrang jalan. Kesekian kalinya aku merasa mereka sangat
menolongku di tengah kesulitanku menyebrang baik saat berjalan kaki maupun
mengendarai motor. Mereka dengan gagah berani memberi isyarat & menghentikan
mobil dan motor dari seberang yang melaju dengan kecepatan tinggi. Keramahan
tetap mereka berikan bagiku (dan juga pengendara motor lain) saat kami hendak
menyebrang meski aku dan jug apengendara motor lain tidak memberikan upah
kepada mereka. Awalnya aku berpikir mereka hanya akan menyebrangkan mobil
karena biasanya hanya sopir – sopir mobillah yang memberikan upah kepada
mereka. Namun ternyata dugaanku keliru, bukan hanya pengendara motor yang
disebrangkannya, aku yang berjalan kaki pun dibantunya untuk menyebrang.
Mungkin ini
hal yang sangat senderhana bagi kebanyakan orang, tapi bagiku yang merasa
sangat terbantu, pekerjaan mereka sangat berarti bagiku. Aku tidak habis pikir
akan butuh berapa lama aku untuk menyebrang jika tanpa bantuan tukang
penyebrang jalan, mengingat banyaknya kendaraan yang melaju dengan kecangnya.
Saat seperti ini juga membuatku merenung betapa aku mungkin juga sering tetap
melaju kencang meski melihat pejalan kaki/pengendara motor ada yang ingin
menyebrang.
Perbuatan
kecil, pekerjaan sepele yang sering diremehkan orang sejatinya sangat menolong
orang lain. Namun demikian, apa yang dilakukan mereka seringkali tidak
diperhitungkan orang lain dan mungkin ada yang merasa cukup dengan memberikan
upah recehan kepada mereka. Pekerjaan
mungkin sudah banyak yang kehilangan nilainya sehingga orang tak lagi memperhitungkan
seberapa besar itu menolong orang lain tetapi seberapa besar itu mendatangkan
uang bagiku. Ah, alangkah indahnya jika setiap orang dapat memandang setiap
pekerjaan itu dari NILAI-nya dan bukan UANG-nya. Alangkah damainya jika setiap
orang dapat melihat Tuhan di pekerjaan orang lain dan bukan TAHTA-nya. Aku yakin maka Bumi ini benar – benar dapat
menjadi seperti di SURGA.
“Terima kasih
pak penyebrang, aku melihat Tuhan di dalam dirimu”